08 Aug 2002 @ 4:31 PM 

Pertanyaan itu mungkin menjadi pertanyaan banyak orangtua atau mungkin seorang pemuda seperti aku πŸ™‚ Kutanyakan begitu karena aku menilai semakin tahun, seorang anak (dalam artian ABG – Anak Baru Gede) ternyata saat ini jadi lebih cepat “gede”-nya.

Sadar atau tidak, itulah realita yang ada di sekitar kita. Di sisi yang tiap hari disorot oleh media, yaitu tawuran pelajar yang sudah berani pakai “alat bantu” seperti gobang, pisau, dsb. (entah ada yang bawa pistol atau tidak). Lalu, ditangkapnya anak-anak usia pelajar yang menggunakan narkoba, atau mungkin merampok, bahkan membunuh. Juga tak jarang diberitakan dijaringnya PSK (Pekerja Seks Komersial) yang masih berstatus pelajar. Semua itu mungkin tidak pernah terdengar di jaman “babe Harto” berkuasa (atau mungkin karena memang aku-nya yang gak update info :). Terlepas dari “problem” kasih sayang di keluarga mereka (yang disinyalir menjadi akar masalahnya), di sini terlihat bahwa ABG sekarang ini lebih berani untuk mencoba.

Nah, kuakui bahwa aku pribadi belum pernah terjuan secara langsung untuk melihat dengan mata kepala sendiri kasus-kasus di atas. Namun dari pengalaman pribadiku (yang mungkin bisa dikategorikan biasa-biasa saja), aku melihat bahwa memang ABG sekarang menjadi lebih “berbeda”. Mulai dandanan sampai tingkah laku. Sebagai eks Pramuka, aku dan teman-teman dulu mengganggap apa yang kami terima (ploncoan, maksudku) adalah bagian yang wajib kami terima dalam melatih mental, tentunya masih dalam batas kewajaran (kadang rada melenceng dikit :), karena saat ini pun kami merasakan bahwa kami punya “rai beton cor-coran” (muka tebal banget) dalam menghadapi situasi yang mungkin sudah bisa menciutkan hati orang lain. Mental lebih terbangun. Namun, dalam acara pramuka belakangan yang kami hadiri (sebagai alumnus), kami lihat anak-anaknya selain bertambah sedikit peminatnya untuk ikut organisasi ekstern (pramuka, pecinta alam, pmr), mereka juga sudah “tidak tahan” bila diperlakukan “kurang adil”. Terbukti pernah anak yang saking keras kepalanya berani minta pulang saat kita kemping di hutan Coban Rondo (edan gak?). Lalu sebagai panitia kemping rohani aku pun kembali “trenyuh” melihat tingkah polah anak-anak ABG (seusia SMP-SMA) yang menurutku sudah sangat berani, di antaranya merokok, tidak takut lagi sama para suster di pertapaan, tidak lagi menghargai orang yang lebih tua. Hal itu terlihat saat session, mereka sibuk bicara sendiri, bahkan ada yang sibuk pacaran sambil rangkulan! (gila bo!). Sebuah pemandangan yang mungkin tidak terlihat 7 tahun yang lalu saat aku pertama kali ikut kemping rohani.

Dari segi gaya hidup, aku pun menyoroti banyak hal yang mungkin terasa sebagai pemandangan biasa. Contoh paling simple, semakin banyaknya anak SMP yang bawa kendaraan sendiri (entah itu motor atau mungkin mobil). Saya kurang tahu, apakah memang peraturan untuk membuat SIM itu sudah diganti, bukan lagi minimal 16 tahun untuk SIM C dan 17 tahun untuk SIM A? Memang jaman aku masih SMP sudah ada beberapa teman yang bawa motor sendiri, namun itu masih sedikit sekali. Lalu barang “mewah” yang sekarang sudah tidak mewah lagi, yaitu HaPe. Aku begitu kagum melihat bahwa anak SD sekarang pun sudah bawa HP sendiri! Tipe canggih lagi, bukan seperti milikku yang modelnya kayak badut gendut πŸ™‚ Begitu pula dandanan, wow! Untuk yang satu ini, sebagai pria normal… aku turut menikmati pemandangan menarik pula :p Namun yang kembali bikin aku “miris”, yaitu trend yang membuat ABG-ABG ini menjadi ingin ber-harga diri yang lebih tinggi. Bayangkan, anak tetanggaku yang baru masuk SMP dan kebetulan SMP-nya adalah SMP favorit tempat kumpulnya anak-anak konglomerat, TIDAK MAU diantar-jemput lagi oleh papanya dengan sepada motor… alasannya: semua temannya naik mobil. Dia lebih memilih ikut mobil teman daripada naik motor (padahal menurutku nunut itu lebih “mbambung” ketimbang naik motor sendiri atau naik bemo/becak :). Untung dia punya mobil, kalau tidak? Lalu, belakangan aku dengar dia mulai merengek minta dibelikan HaPe karena satu kelasnya yang belum punya HaPe tinggal 2-3 orang saja (termasuk dia). Dan hebatnya, gak tanggung-tanggung mintanya… Nokia (serinya lupa) yang harganya 3-4 jutaan. Lalu, kalau mengingat aku dulu saat sekolah, kalau naik kelas atau lulus… biasanya kelas/sekolah mengadakan rekreasi/wisata ke villa di Tretes, Batu, Malang, atau paling jauh ke Bali ama Jakarta. Tapi barusan seorang teman mamaku, yang anaknya kebetulan sekolah di Ciputra (tempat orang borju ngumpul :), anaknya yang barusan naik kelas 2 SMP… sekolahan mengadakan tour ke Cina bo! Jujur aja aku sampe terkagum-kagum… wowwww…

Entah apa lagi yang saat ini lagi trend di kalangan ABG. Mungkin aku yang sudah jadi orang kuno dan layak di-museum-kan, mungkin pula aku terlalu mengkritik… bahkan mungkin aku mengeluh karena iri, dulu aku tidak begitu :p Tapi yang jelas, aku mempertanyakan karena aku semakin miris dengan perubahan yang amat sangat drastis ini. Bila memang hal-hal itu bisa membuat para ABG itu menjadi lebih berguna kelak, aku sich oke saja, tapi kalau trend itu malah menjadi bumerang dan merusak mereka? Aku hanya bisa terdiam…

JN. Rony
20020808

yang pernah jadi ABG brengsek

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalink
Tags
Categories: Renungan


 

Responses to this post » (None)

 
Post a Comment

You must be logged in to post a comment.

Tags
Comment Meta:
RSS Feed for comments

 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.