23 Feb 2001 @ 3:50 PM 

Well… gue pengen bagiin sedikit pengalaman gue dalam menimba ilmu “Discernment” selama 3 hari 2 malem πŸ™‚

Senin, 19 Feb 2001
Pukul 11.30 aku memulai peziarahanku dengan dijemput oleh travel ke Malang. Setelah berputar-putar untuk menjemput dan mengantarkan penumpang, tibalah aku di Biara Beato Titus Brandsma sekitar pukul 14.45 dan aku menunggu sekitar 1/2 jam-an baru bertemu Romo Verbeek dan Frater Agung yang nantinya banyak membantu aku dalam retretku ini… Kami berbincang sampai waktu ibadat sore di kapel, lalu minum teh dan jajan beras ketan, baru aku diantar oleh romo menuju wisma St. Maria Magdalena Postel di belakang biara (Jl. Jayagiri) dan memasuki “biara kecilku” (kamar) yang sudah disediakan oleh suster2 Miscericordia yang mengelola wisma itu… Sekilas, aku lihat… WOW! Kamar pembimbing, besar dan bagus… ada kamar mandi, ruang tamu, dll… πŸ™‚ Acara dilanjut dengan bincang2 lagi dengan romo, menyusun jadwal, dll… lalu romo balik ke biara dan aku pun berbenah-benah… mandi, dll… lalu makan… Setelah makan, aku mulai merasakan betapa sepinya tempat itu… dan itu benar2 menghantui aku… Sungguh, belum pernah aku merasa se-sepi itu… Mungkin karena faktor psikologis karena aku benar2 seorang diri menghuni wisma yang seharusnya bisa menampung sekitar 100 orang-an. Berhubung capek, aku pun tertidur saat membaca buku2 yang kupinjam dari perpustakaan biara karmel dan menanti esok yang penuh dengan misteri…. apa yang harus kulakukan ???

Selasa, 20 Feb 2001
Pukul 03.30 aku terbangun karena serangan gerilya nyamuk yang gencar sekali… Aku lalu mengisi waktu dengan baca KS dengan metode Lectio Devina, lalu baca buku2, doa… tapi tetap saja kegalauan tetap menghantui…. sehingga pikiranku terbang nggak karuan entah kemana. Sampai akhirnya aku tertidur lagi karena capek… dan tiba2 terbangun oleh alarm hapeku yang udah nunjukin pukul 04.45, padahal ibadat pagi harus kuikuti itu pukul 05.00! Cepat2 aku mandi, dan pergi ke biara karmel diselingi oleh hujan rintik2 yang cukup deras… eh… sayang… udah dijengongi anjing… pintu dapur terkunci… jadi aku nggak bisa ikut ibadat dan aku putuskan untuk misa pagi saja di gereja Jayagiri… Setelah misa, aku balik ke kamar, nunggu makan. Setelah makan, aku kembali berjuan melawan diri sendiri sampai sempat tertidur dan pukul 09.30 aku kembali bimbingan… Kami berbincang dan romo memberikan beberapa petunjuk lagi… Bagaikan perasaan Yesus saat berdoa di taman Getsemani sebelum ditangkap, begitu pula aku… serasa ditinggalkan… sendirian… itulah perjuangan yang harus kutanggung… sampai sata bimbingan lagi pukul 12.00 dan kali ini frater yang datang. Darinya aku mendapat banyak pengalaman dari frater saat mencari panggilan Tuhan, dsb. Kami ngobrol sampai lupa jam makan dan frater kembali ke biara pukul 13.15 dan akupun makan. Setelah makan, aku kemabli bergumul dengan renungan2 baru dan metode baru pula… lalu istirahat sampai sore…. Pukul 15.30 aku bangung, mandi, lau ikut ibadat sore di biara karmel. Setelah itu, bimbingan dengan romo lagi dan mendapat ajaran baru perihal pola2 pengembangan discerment dengan cara pengujian. Tugas aku terima dan kemudian aku cuci2 bentar, mandi, makan malam dan aku ke kapel dan kembali melanjutkan pergumulan… sampai akhirnya aku selesai mengerjakan tugas dan kembali ke kamar, baca2 buku riwayat St. Ignatius Loyola, lalu bobok…

Rabu, 21 Feb 2001
Pukul 04.30 aku bangun… mandi, en cepet2 ke biara lagi… kali ini aku bisa masuk dan ikut ibadat pagi di sana… Seteah ibadat, ikut meditasi sekitar 1/2 jam dan dilanjutkan dengan Misa. Setelah itu aku kembali ke kamar untuk makan pagi dan bimbingan lagi… Seperti biasa, aku melaporkan apa2 yang kutemui saat bergumul dan romo kembali memberi tugas, dsb… lalu aku kembali ditinggal sampai saat menjelang makan siang. Berhubung aku pribadi juga “kurang” siap menghadapi medan sesepi itu dan aku juga mulai melihat titik terang dari discermentku (walau cuman 1 watt), aku putuskan untuk mengakhir retret itu… dan dari kesimpulannya pun… memang masih ada hambatan awal yang harus aku tangani dengan retret lain, khususnya Penyembuhan Luka Batin πŸ™‚ dan ada beberapa hasil yang bisa dicapai… Tepat pukul 14.30 aku meninggalkan Wisma dan nginep sehari di Malang, baru pulang ke Surabaya hari Kamisnya pukul 13.00 dengan travel juga…

Yang bisa kupetik dari retret ini adalah:
1. Kita harus membiarkan roh kudus membimbing kita dalam segala hal, sebab Yesus sendiri pun membutuhkan bimbingan dari Roh Kudus. (Luk 4:1)
2. Dalam discernment, kita harus bisa melihat ke arah mana ego kita… bila sebuah keputusan kita ambil… apakah keputusan itu untuk ego kita ataukah untuk Allah ? (Luk 4:1-13; Mat 4:1-11)
3. Jangan segan bertanya kepada Tuhan apabila kita tidak mengerti. (Mrk 9:30-32)
4. Panggilan Tuhan untuk menikah begitu kudus, sehingga jangan dirusak (Mrk 10:6-9)
5. Panggilan Tuhan untuk selibat pun harus dilihat untuk apakah selibat itu, untuk Allah atau bukan ? (Mat 19:11-12)
6. Senantiasa memohon pada Yesus agar mengambil segala ketakutan kita dalam mengambil sebuah keputusan, sebab TAKUT adalah sesuatu yang menutupi ke-netralan kita dalam mengambil keputusan. Seringkali dalam Injil disebutkan “Jangan Takut” untuk meredakan kegelisahan dalam mengikuti kehendak Allah. (Mrk 6:45-52)
7. Sebagai penguat diambil dari Mzm 1, 13 dan 139.
8. Doa adalah jeritan hati bukan sarana meminta vision.
9. Meditasi atau doa Yesus tidak harus selalu dengan duduk bersila, tetapi bisa dilalukan dengan berjalan, dsb…
10. Discernment dengan mengharapkan “suara” Tuhan itu termasuk sesuatu yang “hampir” mustahil, sebab suara2 itu memang tidak ada, tetapi bisa dilakukan dengan cara pengujian secara tertulis dan yang terutama harus membersihkan diri dari kecondongan salah satu pilihan (bersikap netral).
11. apa lagi ya ??? :p

Sementara itu dulu… semoga ada gunanya… kalo nggak ya silahkan di-DELETE aja… πŸ™‚

JN. Rony
20010223

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Reportase
 11 Feb 2001 @ 3:47 PM 

11 Februari 2001

Sesuai niat tim PePe untuk mengadakan perayaan Valentine bareng komunitas anak jalanan dan komunitas Jagir (anak-anak para pemulung) yang dibina oleh Yayasan Merah Merdeka (YMM) terpenuhi sudah… Tepat pada hari Minggu, 11 Februari 2001 pukul 11.00 (WIW) Waktu Indonesia Widodaren, acara dibuka dengan berkumpul membentuk satu lingkaran besar di Balai Paroki Gereja St. Vincentius a Paulo. Acara ini sedikit molor dari jadwal, karena ternyata pas kita datang, gedungnya masih dipakai untuk pelajaran katekumen. Setelah berkumpul, acara dimulai dengan perkenalan dari masing-masing yang hadir diselingi dengan nyanyian yang dibawakan oleh komunitas anak jalanan. Memang sengaja acara dibuat seadanya, agar kesan formal dapat dihilangkan, sayangnya… kurang diantisipasi bahwa gedung yang sebesar itu dipakai sendirian, sehingga suara yang dikeluarkan oleh “mulut-mulut kecil” anak-anak itu hilang diterpa angin…

Setelah perkenalan, Imelda yang memandu acara ini pun mengajak para peserta bernyanyi dan dilanjutkan dengan pengenalan masing-masing organisasi, yaitu Yayasan Merah Merdeka sebagai pendamping dan PD PP sebagai pembuat acara. Dijelaskan oleh koordinator YMM, yaitu seorang relawan yang dikenal sebagai “Casper”, bahwa yayasan ini bertindak sebagai pendamping dari 3 komunitas, yaitu komunitas Dinoyo (anak-anak jalanan), komunitas Jagir (anak-anak para pemulung), dan komunitas Simo Pomahan (anak-anak usia 6-12 tahun). Bahkan dulu sempat juga mendampingi para gay yang “mejenk” di sekitar salah satu Plasa, namun kurang begitu berjalan.

Setelah itu, masuklah ke acara sharing yang menyoroti kehidupan dari anak-anak jalanan, kenapa mereka sampai harus “turun” ke jalan dan apa yang mereka inginkan. Sharing demi sharing dilalui, barulah timbul ide untuk mengambil mike di rumah Hanny, sebuah ide yang seharusnya muncul sejak awal… πŸ™‚ setelah itu, barulah omongan-omongan sepanjang acara bisa didengar secara jelas.

Acara pun berlanjut dengan tari-tarian yang dibawakan secara apik oleh anak-anak Jagir, hebatnya… menurut para relawan yang mendampingi, anak-anak itu belajar sendiri tari-tarian itu! Lalu masih diselingi juga dengan nyanyian anak-anak jalanan dan permainan yang melibatkan semua yang hadir, kecuali MC tentunya! πŸ™‚

Terus terang, pada awalnya kami sempat bingung, permainan apa yang harus kami bawakan, lagu-lagu apa yang harus kami nyanyikan, dan segalanya dech… berhubung memang kami belum pernah mengadakan acara seperti ini, yang melibatkan golongan “masyarakat bawah”, dan lagi kami “kalah jumlah”, hanya bersebelas saja! Untunglah relawan yang hadir turut membantu dan juga tingkah pola dari anak-anak kecil tersebut mampu mencairkan suasana, sehingga kekakuan yang pada awalnya timbul bisa sedikit hilang.

Setelah selesai, kami pun makan bersama dan acara pun diakhiri dengan foto bersama dan menyerahkan sedikit sumbangan yang didapat dari kantong kolekte PD hari Kamis sebelumnya dan sumbangan dari beberapa donatur. O iya, ada satu lagi… acara ini juga diselenggarakan berkaitan dengan ultah seorang tim PePe, yaitu Lily, sehingga saat itu juga Lily “diwajibkan” mengarak dirinya berkeliling menerima ucapan selamat dari semua yang hadir dan diwajibkan membuka kado yang telah disiapkan oleh tim PePe.

Selesai sudah acara Valentine, tapi itu bukan berarti selesai sudah kepedulian kita… maka dari relawan YMM pun mengajak rekan-rekan yang berminat untuk membantu saudara-saudara kita yang “kurang beruntung” baik dari segi materi maupun kasih sayang ini, yaitu di:
– Jl. Simopomahan, setiap Selasa dan Sabtu, pukul 18.30-20.30 WIB.
– Jl. Jagir (Depan Mangga Dua), setiap Minggu, pukul 09.00-11.00 WIB.
– Jl. Dinoyo Alun-Alun 2/36 C, setiap saat.

Untuk informasi selengkapnya, rekan-rekan bisa menghubungi Sekretariat YMM lewat telepon (031)-5662271. “Mungkin kita tidak bisa berbuat banyak untuk membantu mereka yang “miskin” ini, tetapi dengan sedikit kepedulian kita, itu sudah sangat membantu…”

Untuk para relawan YMM, kami dari PePe mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala kerjasamanya… kami berharap kerjasama ini dapat terus terjalin, selamat melayani!

JN. Rony
20010211

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Reportase
 02 Dec 2000 @ 1:26 AM 

Marinus Yohanes, 2 Desember – Pagi itu, suasana Gereja St. Marinus Yohanes, Kenjeran terasa lain daripada yang lain. Suasana sepi yang biasa menaungi keseharian di paroki yang terletak di Komplek AL ini tiba-tiba berubah menjadi ramai. Begitu banyak orang berbondong-bondong menuju halaman gereja. Ada apa gerangan ? Demo ? Bukan, ternyata ada PASAR MURAH.

Dalam rangka menggalang dana, Badan Pelayanan Muda-Mudi (BPM) seksi Divisi Sosial (DIAL) berinisiatif mengumpulkan baju dan barang bekas layak pakai untuk dijual lagi dengan harga sangat murah. Sasarannya ? Saudara kita yang kurang mampu di Kenjeran dan sekitarnya. Setelah berjuang mengumpulkan baju-baju dan barang-barang tersebut, semua dikumpulkan di “markas besar” DIAL, yaitu di rumah “bos” DIAL, Debbie, yang kemudian dilakukan penyortiran harga, mulai 1000 sampai 10 ribu.

Pada hari H-nya… ternyata antusias masyarakat “bawah” di sekitar Kenjeran pun cukup besar, terbukti dengan berbondong-bondongnya mereka menyerbu halaman MY yang dipinjam sebagai tempat berjualan. Semuanya berebutan ingin membeli baju yang mereka inginkan, bahkan jumlah panitia ditambah dengan satpam gereja sebanyak kurang lebih 25 orang itu hampir tidak sanggup mengatasi massa yang bergerombol. Tawar menawar pun sering terjadi, walau harga barang telah ditetapkan… dan memang pada akhirnya sebagian panitia mau tak mau pun harus “merelakan” dagangannya dijual lebih murah.

Berhasilkah acara ini ? Dari segi pendapatan, beberapa orang menyebutkan bahwa pasar murah kali ini lebih sukses dibandingkan dengan pasar murah yang pertama kali diadakan di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) tahun lalu. Pasar murah yang sedianya dimulai dari pukul 9 pagi, terpaksa dibuka setangah jam lebih awal akibat banyaknya pembeli yang sudah tidak sabar dan ditutup sekitar pukul 11.00, dengan kondisi barang yang hampir ludes karena sisanya memang tidak laku terjual, walau barang-barang sempat diobral. Yang disayangkan adalah cukup banyak “jualan” yang lenyap tanpa ada uang yang masuk, begitu penuturan dari beberapa panitia dan juga dari satpam yang berjaga di sana. “Tapi mau bagaimana lagi ?”, begitu kata mereka.

Di akhir acara, dilakukan penghitungan uang masuk dan diketahui mampu menghasilkan lebih dari 2,5 juta yang nantinya akan digunakan oleh BPM untuk membiayai kegiatan-kegiatan mereka dalam membina PD-PD ataupun mengadakan event-event gereja. Puji Tuhan ! Setidaknya itu juga yang terucap dari sebagian besar panitia. Capek memang, tapi rasa puas turut menyertai… bisa mencari dana sekaligus membantu “wong cilik”. Acara diakhiri dengan doa bersama dan ditutup dengan berkat Tuhan oleh Romo Agus, sebagai Romo Paroki St. Marinus Yohanes.

JN. Rony
20001202

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Reportase

 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.