17 Feb 2000 @ 12:09 AM 

Terkadang kita berpikir bahwa Tuhan melupakan kita dan aku yakin itu banyak terlintas di pikiran kita yang sedang frustasi. Demikian halnya aku waktu itu, saat menghadapi evaluasi yang amat menentukan terus tidaknya saya di kuliah. Di kampusku ada semacam “penyaringan”, diantaranya adalah evaluasi 2 tahun pertama. Syarat untuk lolos adalah nilai IPK minimal 2 dan harus lulus mata kuliah Fisika I dan Matematika I. Aku sendiri masuk kuliah dengan jurusan yang boleh dibilang “nyeleneh”, yaitu masuk ke fakultas teknik, padahal aku berasal dari jurusan sosial (A3) semasa SMA. Akibatnya syarat untuk lolos ini benar-benar membuat aku sempat frustasi pada akhirnya.

Berhubung sejak SMA kelas 2, aku nggak pernah nyicipi “kenikmatan” pelajaran Fisika, maka otomatis sejak aku kuliah, aku nggak ngerti sama sekali mata kuliah ini, yang aku senangi hanya praktikumnya saja, tapi aku juga benci dengan laporannya… Maka semester demi semester pun berlalu, dan hasil yang aku peroleh untuk Fisika dan Matematika selalu E ! Aku jadi frustasi dan nggak tahu lagi apa yang harus kulakukan, sebab jika tidak lolos, maka itu artinya aku bakalan kena Drop Out (DO) dari kuliahku. Teman-teman seperjuanganku pun satu per satu tumbang, karena memang sama-sama berlatar belakang ilmu sosial. Bila mau jujur, memang aku sendiri tergolong malas dan ditunjang dengan ketidakadaan minat di bidang ilmu Fisika serta Matematika yang njlimet itu, maka otomatis aku pun gagal terus.

Akhirnya, tibalah pada saat-saat yang menentukan, yaitu semester 4 atau semester terakhir sebelum terkena evaluasi untuk bisa lolos atau tidak. Memasuki semester ini, aku sudah sedikit frustasi dan pesimis, karena banyak teman-temanku yang pindah ke jurusan/fakultas lain ataupun berhenti kuliah, belum lagi “tekanan” dari dosen waliku yang bilang bahwa lebih baik aku pindah universitas/fakultas saja. Tetapi aku punya satu pegangan yang membuat aku tetap bertahan, yaitu semangat untuk membuktikan bahwa aku bisa lolos evaluasi ini. Dengan berbekal tekat itu dan ditambah dengan permohonan melalui doa setiap kali aku menerima ekaristi, maupun setiap kesempatan berdoa, aku mencoba untuk yang terakhir kalinya. Targetku hanya satu, yaitu lulus secukupnya saja, cukup nilai D yang aku minta pada Tuhan, tidak kurang, tidak lebih.

Pada semester 4 inilah, banyak sekali godaan yang datang padaku, seperti ajakan dari teman-teman untuk “cuti” karena merasa nggak mampu, juga rasa malas yang mulai menghinggapi aku lagi. Apalagi saat itu aku sudah tidak mempunyai teman seangkatan di kelas, karena aku ikut kelas jurusan lain dan mayoritas angkatan di bawahku. Mau tak mau, aku pun menjadi penggemar tempat duduk VIP alias depan sendiri. Lalu, aku pun mulai berpasrah pada Tuhan, entah lulus atau tidak, aku percaya bahwa Tuhan bakal memberikan yang terbaik. Pada saat ujian tengah semester, aku pun berusaha mengerjakan dengan sebaik mungkin dan sebisaku. Hanya saja aku belum yakin apakah hasilnya bagus atau tidak. Sampai menjelang ujian akhir semester, nilai-nilaiku belum keluar sama sekali. Inilah yang membuat aku semakin takut. Ajakan dari teman untuk “mundur” kuliah semakin besar dan banyak, tetapi aku nekat untuk bertahan. Akhirnya ujian akhir pun aku hadapi dan ternyata soal-soalnya sulit sekali, sampai-sampai aku bisa memastikan bahwa nilaiku pasti jelek. Aku jadi frustasi dan aku hanya bisa berdoa pada Tuhan.

Sambil menunggu pembagian kartu studi, aku terus-menerus mencari dosenku, karena semua nilai-nilaiku belum keluar sama sekali. Ternyata belum semua ujian itu diperiksa. Entah kenapa, tapi aku merasa bahwa saat itu merupakan ujian buatku dari Tuhan. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Aku hanya bisa tetap mempersembahkannya dalam setiap ekaristi yang aku terima tiap minggunya. Saat pembagian kartu studi tinggal beberapa hari, aku pun mendapat kabar bahwa aku pasti lulus, tapi nilainya masih belum tahu. Aku begitu gembira dan bersyukur pada Tuhan, karena bisa lulus dan aku tidak perduli berapa pun nilainya. Aku saat itu menebak bakalan mendapat nilai D, seperti yang kudambakan selama ini. Saat kartu studiku dibagikan, alangkah terkejutnya aku. Tuhan memang begitu baiknya, Dia tidak memberikan nilai D padaku, melainkan C untuk Matematika I dan AB untuk Fisika I ! Bayangkan, seorang lulusan ilmu sosial mendapat AB untuk Fisika ! Suatu kejutan di jurusanku… karena memang kejadian ini boleh dibilang langkah.

Aku jadi tersadar bahwa memang Tuhan selalu memberikan yang terbaik buat kita. Ada satu ayat yang menjadi peganganku selama aku frustasi, yaitu “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Markus 11:24). Saat itu, aku berusaha untuk percaya, walaupun masih diselingi dengan perasaan ragu-ragu. Kenyataannya memang terbukti, bahwa Tuhan bukan saja mengabulkan doa kita, melainkan juga memberikan sesuatu yang tidak kita duga, sesuatu yang lebih indah daripada yang kita minta. Hanya saja semuanya itu memerlukan kesetiaan kita.

Thank’s my Lord !

17 Februari 2000
Diceritakan oleh 6954044

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:16 PM

EmailPermalink
Tags
Categories: Personal


 

Responses to this post » (None)

 
Post a Comment

You must be logged in to post a comment.

Tags
Comment Meta:
RSS Feed for comments

 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.