Malam ini lagi-lagi aku harus mengemasi barang-barangku. Yeap, lagi-lagi aku pindah ke kost yang baru. Tak terasa 2 tahun sudah aku menempati pulau yang terkenal dengan bisnis pariwisatanya. Selama itu pula aku berpindah-pindah tempat tinggal dan ini adalah tempat ke-4 aku yang akan kuhuni. Mencari kost yang nyaman untuk ditempati di Bali memang susah-susah-gampang. Awal mula aku memasuki Bali, telah kurasakan betapa susahnya saat itu mendapatkan kost, sebab saat itu rata-rata kost yang kutemukan hanyalah berupa kamar kosong tanpa perabot. Inilah yang menjadi ciri khas kost-kostan di Bali dan jadilah aku kost tapi serasa kontrak, karena harus melengkapi kamar dengan berbagai kebutuhan pokok. Dalam perjalanan waktu, aku sempat cukup lama menempati 1 rumah kost, namun akhirnya aku pun harus pindah karena makin lama tempat itu makin jorok dan lingkungannya pun makin tak nyaman lagi untuk kutinggali.
Pencarianku selama 6 bulan lebih akhirnya tertambat pada 1 tempat kost yang masih baru dan mungkin bisa dikatakan cinta pada pandangan pertama. Bagaimana tidak, lahan tempat kost ini sangat luas dan masing-masing kamar dilengkapi dengan AC dan garasi pribadi. Selain itu penataan kamar dalam bentuk rumah-rumah kecil serta kebun di masing-masing rumah terasa apik. Ditambah lagi, lingkungannya yang agak jauh dari keramaian, bahkan kamarku bertetanggaan dengan sawah yang cukup luas, membuat suasana sekitar cukup hening dan enak dijadikan tempat beristirahat. Tanpa pikir panjang lagi, aku pun memutuskan menempati kamar kost ini, apalagi harga sewa per bulannya tidaklah terlalu mahal, jika dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan. Namun, ternyata masalah di kamar kost ini mulai kelihatan, yaitu luas kamar yang lebih kecil dibandingkan kamar lama, sehingga awalnya aku cukup mengalami kesulitan mengatur barang-barangku yang terlanjur banyak. Ditambah lagi, ada beberapa hal yang terlupakan oleh pemilik kost, seperti bagian belakang kamar tempat menjemur yang tak beratap dan tidak ada tempat mencuci piring. Masalah yang paling menganggu adalah bak kamar mandi yang bocor! Karena terlanjur pindah, maka kuniati untuk merenovasi sedikit kamar kost ini dan hasilnya ada yang terselesaikan, namun ada juga yang tidak bisa diperbaiki, salah satunya adalah bak kamar mandi yang bocor itu.
Aku mencoba untuk bertahan, tapi ternyata keadaan makin parah. Bocor ini membawa masalah pada lantai kamar. Jadilah sekujur tubuhku selalu sakit bila bangun tidur. Lantai kamar selalu terasa dingin dan semut-semut di tembok serta tanah melakukan exodus, mungkin karena liangnya kebanjiran air dari kamar mandiku. Mengingat pemilik kost tidak memberikan respon berarti saat kukomplain perihal kondisi kamar, akhirnya kuputuskan kembali mencari kost baru. Satu bulan aku mencari kost baru, tapi lagi-lagi tidak ada yang cocok, entah karena kondisi kamarnya yang tidak bagus atau harganya yang terlalu mahal. Akhirnya karena sudah tak tahan lagi dengan kondisi kamar yang super duper dingin, kuputuskan mengambil 1 kamar kost yang paling lumayan di antara yang ada. Kemarin aku sudah membersihkan dan memindahkan sedikit barangku ke kamar baru. Malam ini hampir 1/2 kamarku kupindahkan ke dalam mobil. Kurasa 2 kali pindahan lagi maka barang-barangku pindah semua. Memang sekarang ini untuk pindahan butuh 4 kali pindahan, beda dengan awal mula di Bali yang cukup dengan 2 kali pindahan.
Well, masalahku belum selesai sampai di sini, karena sampai sekarang pun aku tidak merasa nyaman dengan kondisi kost yang baru. Apalagi belakangan aku baru tahu, pemilik kost ini entah terlalu kaku atau kasarnya bodoh, tidak mengijinkan penghuni memasang gembok pengaman di pintu kamar. Bagaimana aku bisa tenang, jika hanya mengandalkan kunci kamar yang tentunya pemegang kuncinya bukan hanya aku, sedangkan di dalam kamarku terdapat cukup banyak barang berharga? Selain itu tidak ada tempat untuk memasang antena TV. Konyolnya, penghuni tidak diperkenankan memasang sesuatu di depan bangunan, karena dianggap akan membuat jelek bangunan, hanya boleh memasang di samping atau belakang bangunan, padahal jelas-jelas arah antena TV harus menghadap ke depan bangunan dan di samping maupun di belakang tidak terdapat bagian yang bisa ditempeli antena luar. Sialnya lagi, kemarin kutemukan pula bahwa bak kamar mandi juga bocor! Namun, karena di kamar ini dilengkapi dengan ranjang, meja, lemari, kursi; kuputuskan untuk menempati sementara sambil kembali mencari kamar kost lainnya. Sedih… Belum pindah sudah harus menyiapkan kepindahan berikutnya.
Hmmm… inilah dilema yang kuhadapi saat ini. Harus mencari tempat tinggal yang nyaman, namun dengan bujet terbatas. Inilah pencarianku selama hampir 1 tahun terakhir. Entah kenapa aku jadi teringat akan komentar yang selalu diberikan oleh seorang uskup yang kukenal bila menanggapi tulisanku, yaitu bahwa aku sedang dalam sebuah pengembaraan hidup. Memang benar, inilah pengembaraanku, perjuanganku, dan pencarianku. Entah sampai kapan aku harus tinggal di Bali, aku pun tak tahu. Saat ini aku hanya mencoba untuk berpasrah pada rencana yang sudah digariskan untukku. Aku hanya bisa berdoa… dan berharap…
Dalam kesunyian malam,
JN. Rony
20060710
Pagi buta ini adalah hari kesepuluh dari tahun 2006 yang baru kulalui. Hingga hari ini pula, senyum kiranya masih sulit untuk kuukir di wajahku. Memang, begitu banyak masalah yang berkecamuk dalam diri, hingga aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Antara sedih, marah, bingung, tertipu, bercampur merasa diri begitu tolol. Itulah yang kualami menjelang tutup tahun yang suasananya terbawa hingga hari ini.
Seorang romo berkata padaku, kita perlu setiap hari untuk pulang ke hadiratNya. Ya, dulu… hampir setiap hari aku pulang ke pangkuanNya di saat malam menjemput. Aku ingat, malam-malam kulalui untuk merenung dan merefleksi apa yang terjadi dalam hari itu… Namun, sekian tahun telah berlalu… rasa damai telah berubah menjadi sebuah perasaan kesepian. Aku tak lagi mudah untuk merenung, aku tak lagi merasakan kedamaian malam.
Seorang uskup selalu menyebut diriku dalam sebuah pengembaraan hidup. Kuamini hal itu, memang aku sedang dalam pengembaraan menuju akhir cerita sebuah sandiwara dunia. Dalam pengembaraan itu, aku mencoba untuk menorehkan tinta-tinta emas dalam catatan harian kehidupanku, walaupun tak jarang pula aku menorehkan dengan darah dan air mata.
Seorang teman berkata padaku, tetap tegar, tegak, dan tersenyum… walaupun betapa beratnya beban yang harus kupanggul. Teori memang mudah… dalam kenyataannya perasaan ditinggalkan, dikhianati, dibohongi, dimanfaatkan, diremehkan, atau disingkirkan tidak mudah untuk tidak ditampilkan ke permukaan wajah. Menghela napas dalam-dalam mungkin salah satu cara untuk bisa melepas beban yang begitu berat.
Seorang adik yang kusayangi pernah berkata padaku, bila sedih… ingatlah di luar sana masih ada orang-orang yang kau sayangi dan menyayangimu. Masalah memang datang silih berganti… seperti pepatah bijak hidup itu bagaikan roda, kadang di atas, kadang di bawah. Membayangkan orang-orang yang kita sayangi memang mampu memberikan penyegaran baru. Hanya saja kini perasaanku sungguh gamang akibat dibohongi oleh orang yang kusayangi.
Who Am I? Pertanyaan ini sudah kudengar sejak aku masih di bangku SD kelas 6. Pertanyaan yang sama berulang kali kudengar, terutama dalam setiap kesempatan aku menjumpai diriku dalam kesendirian dan keheningan. Bagiku, Who Am I? adalah sebuah misteri hidup yang harus kupecahkan. Itu sebabnya, hingga hari ini pun pertanyaan yang sama selalu kulontarkan pada diriku sendiri. Mungkin Who Am I? adalah sebuah puzzle hidup yang harus kususun dengan kepingan-kepingan peristiwa yang kutemui dalam perngembaraan hidup.
Malam ini… seorang pendeta berkata padaku lewat sebuah lagu…
“Tuhan tidak janjikan…
Langit yang selalu cerah, saudaraku.
Perjalanan penuh bunga-bunga,
tidak ada hujan selain sinar surya.
Hanya kesenangan tanpa duka cita,
atau damai sejahtera tanpa derita.Tetapi Tuhan telah janjikan…
Kekuatan bagi yang mencarinya,
Kelegaan bagi yang berjuang keras,
Cahaya terang di perjalanan hidup kita,
Pengampunan bagi yang kena hukuman,
Pertolongan bagi yang membutuhkan,
Keberhasilan bagi yang mengalami kegagalan,
Cinta kasih yang tidak pernah padam.
Terima kasih Yesus, Jadikan aku pelangiMu…”Berliku-liku kehidupan ini,
Jalan mana yang harus kulalui?
Rintangan dan cobaan slalu membayangi,
Bila ku ingin datang padaMu…Kulayangkan pandang di awang-awang…
Sejenak anganku bertanya-tanya,
Dapatkah hati ini bagaikan pelangi,
Setiap saat pancarkan damai?Tuhan berikanlah kuasaMu, Jadikan aku pelangiMu
Kelak kan dapat menerangi… Kegelapan bumiTuhan peganglah tanganku ini, Bila mendaki bukit terjal
Janganlah diombang-ambingkan… Iman percayakuKarena kasihMu Tuhan, Ada pengampunan
Karena kasihMu Tuhan, Aku diselamatkan
Ad Maiorem Dei Gloriam!
JN. Rony
20060110
Jadikanku pelangi…
Aku terbangun dari tidurku karena kedinginan. Ternyata Tahun Baru baru saja kulewati dalam tidurku. Ya, malam pergantian tahun ini memang berjalan seperti malam-malam yang lain. Ditambah lagi kesehatanku yang makin memburuk. Memang, selama 1 bulan terakhir aku cukup sering sakit-sakitan. Saat terakhir cek-up ke dokter, aku sempat diingatkan akan tensi darahku yang naik. Saat mudik sehari sebelum Natal pun aku menyetir dalam keadaan kurang fit, dan sekarang aku benar-benar harus banyak beristirahat karena ternyata tensi darahku naik cukup tinggi.
Sepanjang tahun 2005 kulewati begitu saja. Belakangan ini aku begitu banyak merasakan kepahitan yang kutinggalkan di tahun 2005. Begitu banyak kenyataan dan realita yang kulihat dan kuhadapi yang begitu mengecewakan aku. Aku belajar bahwa tak ada yang bisa kupercayai selain diriku sendiri dan apa yang kuyakini. Orang-orang yang kukenal lewat tindak-tanduknya yang “terlihat” bijak atau suci, ternyata penuh dengan kebohongan dan ambisi diri. Bahkan seseorang yang sempat dekat denganku pun ternyata menyisakan tak lebih dari sebuah kenyataan pahit bahwa aku telah dipermainkan.
Hmmm… tahun yang cukup berat telah kulalui. Pekerjaan rutinitas pun terus akan berjalan. Tak terasa telah 1,5 tahun aku menginjak dan bernaung di Pulau Dewata. Begitu banyak emosi telah kumainkan di sana. Memang, awal tahun lalu aku tak pernah membayangkan akhir tahun yang akan kuhadapi akan seperti sekarang ini. Begitu banyak perubahan yang tak terduga terjadi. Perubahan terbesar yang mengubah pola hidupku berawal dari goncangnya industri reksadana pada bulan April dan September. Ditambah lagi dengan kejutan ledakan bom Bali ke-2 yang memukul seluruh masyarakat Bali. Semuanya itu terasa lengkap saat aku pun melihat kenyataan bahwa memang aku harus mengandalkan kekuatan sendiri dalam menjalankan tugasku.
Memang, tahun 2005 bukanlah tahun yang kulewati tanpa kegembiraan dan suka cita. Ada banyak pula yang kuterima di tahun itu. Ada beberapa teman maya yang kuperoleh di tahun itu, yang berasal dari berbagai kalangan. Memang, kami belum pernah bertemu, hanya terhubung lewat dunia maya karena hobi yang sama; namun pertemenan itulah yang setidaknya memberikan sedikit penghiburan padaku. Di tahun 2005 pula aku berkesempatan mengunjungi kota Kupang, sebuah pengalaman yang cukup berkesan. Yang jelas, aku bersyukur bahwa aku bisa melihat lebih banyak tipe manusia dan aku bisa bertindak sebagai diri sendiri di tahun itu.
Malam makin larut… dan kembali aku merasakan keheningan dalam kamarku ditemani oleh suara jangkrik. Suara terompet dan letusan petasan telah berhenti. Suara knalpot dan klakson tidak lagi terdengar. Ku makin merenungkan jejak langkahku di belakang. Aku memang tak ingin menoleh ke belakang, aku hanya ingin menatap jalan di depanku yang masih terbentang. Aku hanya ingin mengambil hikmah dari semua pengalamanku di tahun lalu. Tak ada lagi yang bisa kulakukan selain berserah pada Dia yang telah mengatur jalanku. Malam ini kuberdoa agar di tahun yang baru ini aku sanggup untuk tetap melangkah… Sayup-sayup suara speker laptopku mendendangkan lagu Aku Ingin Pulang dari Ebiet G. Ade. Ya… saat ini aku benar-benar letih dan ingin pulang ke pangkuanNya…
Kemanapun aku pergi
Bayang – bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S’lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri
Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab s’mua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyianAku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du… du… du…Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa – bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwaAku ingin pulang…
U… hu…
Aku harus pulang…
U… hu…
Aku ingin pulang…
U… hu…
Aku harus pulang…
U… hu…
Aku harus pulang…
Selamat menempuh hidup yang baru!
JN. Rony
20060101