28 Aug 2006 @ 3:50 PM 

Bulan Agustus akan segera berakhir, tinggal beberapa hari lagi aku akan memasuki bulan September dan aku yakin tak terasa diriku pun akan segera mengganti kalender dengan yang baru, tahun 2007. Waktu begitu cepat berjalan tak terasa, seiring dengan aktivitas dan kesibukan sehari-hari menjalankan sebuah rutinitas hidup. Hebatnya, aku tak pernah membayangkan diriku akan seperti saat ini, bila aku mengingat-ingat masa kecil dan masa sekolahku. Mungkin bisa dikatakan, hidupku saat ini adalah sebuah keajaiban dan mujijat nyata dari sebuah rencana yang lebih tepat disebut Misteri Allah. Memang tak pernah terlintas sedikit pun bahwa aku akan bekerja dan hidup seperti sekarang ini.

Minggu lalu kita baru saja merayakan (tapi tak merasakan) pesta ulang tahun kemerdekaan negara ini. Sudah 61 tahun kita merdeka, begitu kata banyak orang. Aku ingat, sejak kecil aku terdidik oleh lingkunganku sehingga begitu bangga menjadi seorang anak bangsa Indonesia. Walau kusadar kenyataan sering berbicara lain, lewat perlakuan dan perkataan terhadap diriku yang kebetulan dilahirkan oleh keluarga yang bukan pribumi ini; tapi entah kenapa aku tetap mencintai tanah ini dan begitu bangga jadi anak negeri yang carut-marut ini. Seminggu sebelum pesta bangsa ini, aku mendapatkan satu makna tentang sebuah kemerdekaan, yaitu bukan sekedar merdeka dari penjajahan, bukan pula merdeka untuk berekspresi seperti yang terjadi pada era reformasi; melainkan kita baru benar-benar merdeka apabila kita bisa memerdekakan diri dari menindas dan menjajah orang lain.

Selama beberapa hari ini aku banyak menerung tentang kondisiku saat ini. Aku menyadari ternyata betapa banyak perubahan yang terjadi pada diriku. Beberapa teman yang mengenalku bertahun-tahun mengatakan bahwa aku berubah. Perkataan itu ditujukan pada diriku baik perubahan secara fisik maupun sikap. Memang, secara fisik aku memang berubah, tepatnya makin gendut dan rambutpun mulai rontok ๐Ÿ™‚ tapi yang lebih kupikirkan adalah secara sikap aku mengalami perubahan juga. Apakah benar? Karena aku sering merasa bahwa aku masihlah aku yang dulu. Setelah kurefleksi diriku, ternyata memang aku berubah! Tanpa kusadari aku telah menjadi seorang yang penuh dengan kekhawatiran yang memenuhi otakku sehingga membuatkan lebih sering murung dibandingkan tersenyum. Seperti dalam film Doraemon yang kutonton tadi pagi, seperti si Nobita yang sedang sedih sampai auranya berwarna hitam pekat. Mungkin itulah gambaran diriku saat ini.

Hmmm… semenjak cece angkatku pindah dari Surabaya beberapa tahun lalu, aku memang kehilangan tempat terbaik untuk curhat. Tak ada lagi tempat untuk kuberbagi tawa dan tangis. Memang hingga saat ini aku pun masih belum memiliki tempat berbagi cerita. Ceceku sendiri saat ini tinggal di negeri yang berbeda 9 jam denganku, sehingga sudah 2 tahun ini aku tak lagi berbicara dengannya. Komunikasi hanya lewat email, itupun jarang sekali karena kesibukannya sebagai pekerja dan ibu rumah tangga yang harus mengurus anaknya masih kecil. Kalaupun kangen, aku biasanya hanya memandangi fotonya saat masih di Surabaya.

11 tahun sudah sejak aku meninggalkan bangku sekolah, begitu banyak kejadian kualami, begitu banya mujizat yang telah kurasakan, begitu banyak berkat dan rahmat Tuhan yang kuterima; namun semuanya sering kulupakan ketika beberapa hal sepele yang tidak kuharapkan terjadi. Saat-saat di bangku kuliah adalah saat pergumulan paling hebat yang pernah kualami, begitu banyak membuka mata, pikiran dan hatiku akan sebuah kenyataan dunia. Namun, saat itu pula aku benar-benar merasakan apa yang disebut sebagai MUJIZAT, JAMAHAN, dan KEKUATAN dari Roh Kudus. Kini 5 tahun sudah kutinggalkan bangku kuliah, kutinggalkan pula semua kenangan itu dan tenggelam dalam rutinitas kerja.

Malam makin larut, aku merasakan sebenarnya aku ini sungguh beruntung saat ini. Kepindahanku ke Bali mungkin memang adalah salah satu dari misteri rencana Allah padaku. Lewat banyak peristiwa di pulau ini aku belajar banyak hal. Walau aku lebih sering merasakan beban yang teramat berat yang harus kujalani dalam kesendirian, tapi lewat perenungan yang kucoba rutin untuk kulakukan, aku merasakan bahwa aku tak pernah berjalan sendiri. Terutama lagi, aku senantiasa mendapatkan kekuatan dari doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh para sahabat dan imam yang menyayangi aku.

Hmmm… hari berganti, umurpun bertambah. Entah apa lagi yang akan terjadi padaku, saat ini aku mencoba untuk menjalani saja kehidupanku. Berat? Mungkin. Yang terutama adalah aku harus terus menggali dan memahami akan siapa diriku. Who Am I? adalah pertanyaan yang sudah 10 tahun terakhir terus-menerus berdengung di kepalaku dan itulah yang terus kucari dalam pengembaraan hidupku. Samar-samar lagu “Bintang Keabadian”-nya Ronnie Sianturi menemaniku melewati keheningan pagi buta ini… aku berharap aku pun dapat menemukannya…

Hidup tak lagi bermakna
Bilaku menjauh dariMu
Seperti malam tanpa bintang
Aku kesepian

Hidup tak lagi berwarna
Bila ku tak dekat padaMu
Seperti ladang tak bertuan
Aku kesepian

Di langit tanpa batas aku terbang mencari satu bintang keabadian
Kemana ku melangkah suatu saat pasti kan kutemukan bintang keabadian

Selamat pagi Indonesia!

JN. Rony
20060828

Here I Am, Lord…

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Personal
 08 Aug 2006 @ 3:48 PM 

Jumat malam lalu aku menyempatkan diri untuk menonton bioskop, sebuah aktivitas yang sudah lama tidak kulakukan. Kuingat film terakhir yang kutonton di bioskop Bali adalah Harry Potter yang ke-4; setelah itu baru beberapa minggu terakhir ini aku cukup sering nonton, dimulai dari Superman Returns, Pirates of the Caribeans dan yang terakhir adalah film animasi garapan dari Disney dan Pixar, Cars. Film semua umur ini berkisah tentang sebuah mobil balap bernama Lighting McQueen pada saat dirinya dalam perjalanan hidup menuju ke puncak karir menyadari keberadaan dan realita hidup sekitarnya. McQueen adalah pendatang baru (Rookie) dalam arena balap memperebutkan piala Piston Cup, yang tampil secara fenomenal dan berpeluang besar. Impiannya adalah menjuarai Piston Cup dan memperoleh sponsor dari perusahaan besar yang diidamkannya. Dalam perjalanan karir balapnya McQueen dikenal bengal dan tak peduli pada orang (baca: mobil) lain. Kesuksesan membuatnya pongah dan lupa pada sekitarnya.

Dalam perjalanan duel ulang McQueen secara tak sengaja terdampar di kota Radiator Spring di Route 66, sebuah kota yang punya masa lalu ramai dan gemilang. Radiator Spring menjadi sepi semenjak dibangunnya Jalan Negara yang memotong jalur perjalanan menjadi lebih singkat. Di kota itulah McQueen bertemu dengan mobil-mobil lain dan belajar tentang arti kehidupan. Melalui karakter unik masing-masing penghuni kota itu, McQueen disadarkan bahwa banyak yang lebih penting dibandingkan sekedar trofi, ketenaran dan sponsor. McQueen disadarkan dan belajar tentang makna persahabatan, sportifitas, dan cinta. Walaupun pada akhirnya McQueen tidak menang dalam lomba balap Piston Cup, namun toh akhirnya McQueen-lah yang menang secara moral.

Sore tadi seorang teman sedikit berkeluh kesah tentang kondisi perusahaannya yang terasa kurang nyaman suasananya. Bila dilihat, apa yang diterima (baca: gaji) teman itu tidaklah kecil, melainkan lebih dari cukup. Namun kenapa dia merasa kurang nyaman? Lewat obrolan pendek, diketahui bahwa suasana kurang nyaman itu akibat persaingan kerja yang tidak sehat. Kebetulan dalam perusahaannya itu baru dilakukan perombakan yang cukup besar. Banyak pos-pos yang diganti, dengan alasan penyegaran. Akibat dari perombakan ini, mulailah timbul penjilat-penjilat yang berusaha untuk menguatkan posisinya di pos yang baru, istilah kerennya carmuk alias cari muka. Kegelisahan-kegelisahan sebenarnya sudah ditunjukkan oleh cukup banyak karyawan, namun karena pemimpin perusahaan tersebut kurang tanggap akan situasi yang terjadi di lapisan bawah, jadilah kondisi kerja makin tak nyaman. Si bos merasa sudah memberikan gaji yang tinggi pada karyawannya, fasilitas lengkap, dan banyak lagi. Namun, akibat terus-menerus mendapat tekanan dari bos yang kurang peduli dan mudah marah, ditambah lagi dengan tindakan-tindakan mereka yang carmuk dalam menjelekkan orang yang tidak disukai, jadilah korban pun tetap berjatuhan.

Kedua kondisi di atas tidaklah mirip 100%. Namun sikap dan tindakan bos temanku itu mirip dengan Lighting McQueen, si mobil balap yang menjadi sombong karena merasa diri hebat. Si bos hanya melihat dari sisi materi dalam mensejahterakan karyawannya. Si bos tak peduli dengan aspirasi karyawannya, hanya percaya pada orang-orang yang sayangnya malah memanfaatkan posisinya untuk terus-menerus mancari muka dengan cara menjilat apa yang bisa dijilat (begitu istilah seorang temanku). Seandainya si bos mau belajar untuk “turun” ke bawah dan belajar mendengarkan aspirasi karyawannya, mungkin si bos bisa terbuka hati dan pikirannya. Seperti pencerahan yang diperoleh oleh McQueen di kota Radiator Spring, yaitu dalam hidup banyak hal yang lebih penting daripada trofi (baca: menang), ketenaran (baca: terkenal), dan sponsor (baca: kaya); mungkin si bos bisa menyadari bahwa gaji tinggi bukanlah segalanya yang dicari oleh para karyawannya.

Aku pernah beberapa kali mewawancarai para pelamar kerja di perusahaan tempat aku berkerja. Lewat wawancara itu aku banyak menemui kenyataan bahwa masih cukup banyak orang bekerja untuk hidup, bukan untuk uang. Maksudnya adalah beberapa dari pelamar tersebut mencari pekerjaan yang bisa memberikan kepastian dalam hidupnya, atau lebih tepat disebut mencari status karyawan tetap; mengingat saat ini banyak perusahaan yang memberlakukan sistem kontrak tanpa mau menjadikan mereka karyawan tetap. Mengejutkan memang, tapi itulah kenyataan yang kutemui. Banyak yang bersedia pindah, walaupun pekerjaan yang sekarang mereka geluti sudah memberikan gaji yang lebih tinggi daripada yang bisa kutawarkan.

Kisah hidup Lighting McQueen, yang walaupun hanya berupa kartun khayal, ada baiknya untuk kita ambil hikmahnya. Hidup adalah sebuah perjalanan, bukan akhir. Banyak hal yang harus kita perjuangkan dalam hidup, namun banyak hal yang harus kita nikmati pula dalam hidup ini. Jadi jika ada yang bilang gaji tinggi bukanlah segalanya, well… aku pun mengamininya.

Kachoo!!!

JN. Rony
20060808
“That there’s some good in this world, and it’s worth fighting for.” — Samwise Gamgee

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Renungan
 02 Aug 2006 @ 3:47 PM 

Siang tadi aku menerima kiriman kaos merchandise Superman buatan Warner Bros yang minggu lalu ditawarkan padaku untuk titip-beli lewat seorang teman yang akan pulang dari Australia. Kaos itu berlogo S khas Superman seperti dalam filmnya yang baru kutonton beberapa minggu lalu, setelah sekian lama aku tak mendengar kabar berita tentang jagoan dari planet Krypton itu. Seingatku, terakhir aku menonton film Superman, aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Superman memang salah satu tokoh superhero legendaris yang membuatku kagum dan sering berlagak meniru gaya-gaya sang Superman. Mungkin karena di benakku, seringkali kuberangan-angan ingin bisa jadi seperti Superman, manusia super yang gambarannya kurang lebih seperti si Gatot Kaca; otot-kawat-balung-wesi. Betapa senangnya bila bisa menjadi superhero seperti Superman.

Dalam film Superman Return yang kutonton itu, digambarkan bahwa seorang Clark Kent, yang notabene punya kekuatan super, pun bisa dilanda kegelisahan dalam hidupnya. Menjadi seorang superhero yang dibutuhkan banyak orang tidaklah selalu menyenangkan. Mungkin pada awalnya hal itu dilakukan dengan bangga dan bahagia bisa menolong orang lain atau melakukan sebuah perubahan. Namun, beban yang dipikul pun makin berat seiring dengan tuntutan banyak orang, bahwa Superman adalah malaikat penolong yang tak boleh salah ataupun kalah. Mungkin beban mental itulah yang membuat sang Superman merasakan kelelahan batin yang berlebihan. Dia tak sanggup mendengarkan panggilan minta tolong yang terus-menerus mendengung melalui telingan supernya.

Andai Candil Seurieus mengenal Clark Kent lebih dulu sebelum dia rekaman, mungkin dia akan meneriakan Superman Juga Manusia. Seperti yang didendangkan oleh Five For Fighting yang dipersembahkan pada sang superhero:

I can’t stand to fly, I’m not that naive
I’m just out to find, The better part of me

I’m more than a bird, I’m more than a plane
More than some pretty face beside a train and
It’s not easy to be me

Wish that I could cry, Fall upon my knees
Find a way to lie, About a home I’ll never see

It may sound absurd, but don’t be naive
Even Heroes have the right to bleed
I may be disturbed, but won’t you conceed
Even Heroes have the right to dream but
It’s not easy to be me

Up, up and away, away from me
It’s all right, You can all sleep sound tonight
I’m not crazy, or anything

I can’t stand to fly, I’m not that naive
Men weren’t meant to ride, With clouds between their knees

I’m only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street
Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me

It’s not easy to be me.

Well… maybe that’s right! It’s not easy to be a superhero. Superman juga manusia… punya rasa, punya hati… jangan samakan dengan pisau belateee!

Menjadi sosok superhero kuyakin sangat diinginkan oleh banyak orang. Superhero tak ubahnya selebritis legendaris melebihi seorang diva atau superstar. Dalam keseharian, seringkali kita bertindak layaknya superhero, baik di rumah, kantor, lingkungan, teman-teman, dsb. Kita akan merasa bangga dan bahagia bila akibat dari apa yang kita lakukan, sekecil apapun itu, mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Walau tak kita sadari, sosok superhero telah ada dalam diri kita sejak kita dilahirkan. Memang tak semuanya bisa menunjukan jati diri superheronya.

Berguna bagi orang lain, sekelumit kalimat yang mungkin bagian dari cita-cita yang pernah kita tuliskan saat duduk di bangku sekolah bertahun silam saat diminta mengisi buku kenangan milik salah seorang teman. Dulu aku pun kerap menuliskannya demikian. Saat menginjak masa remaja, aku pun sempat bertanya-tanya, apa sebenarnya cita-citaku? Berguna bagi orang lain adalah sebuah cita-cita yang tak jelas! Melewati perjalanan waktu, aku belajar memahami tulisan yang pernah kutulis di masa kecil. Berguna bagi orang lain adalah keinginan dari sosok Superman kecil dalam diriku. Ok, mungkin bagi sebagian orang pernyataan tersebut masih tak berarti banyak… namun saat ini bagiku telah cukup jelas. Berguna bagi orang lain adalah gambaran dari pekerjan seorang superhero yang ingin kucapai. Dengan apa? Ya dengan segala cara seorang superhero. Apapun bentuknya, apapun medianya, dimanapun lokasinya, yang penting adalah aku melakukan yang terbaik bagi sesama dan yang terpenting semuanya itu bisa kupertanggungjawabkan pada sesama dan tentunya pada Dia yang mencipta dan menjagaku.

Capek, lelah, frustrasi, patah arang… pasti akan dihadapi setiap manusia, bahkan superhero sekalipun. Sun Tzu, seorang ahli strategi tempur paling terkenal sepanjang masa dan sejarah negeri Tirai Bambu mengajarkan kita untuk mundur setapak untuk meraih kemenangan tiga tapak ke depan. Beberapa komunitas rohani menganjurkan retret sebagai bagian dari peremajaan jiwa yang lelah. Dalam perjalananku pun kulakukan hal yang kurang lebih sama. Bagi sebagian orang, mungkin aku termasuk pejuang pantang menyerah yang terus menerus mendobrak hal yang kuyakini salah/keliru. Namun, dalam satu titik aku pun merasakan kelelahan batin yang amat sangat. Yang kulakukan adalah mencoba untuk berdiam diri, kadang mencoba bersembunyi dari segala kesibukan rutin, sampai mencoba sesuatu yang baru dan belum pernah kulakukan. Berdiam dan mencoba hal baru kadang sangat bermanfaat bagi penyegaran jiwa dan bila saatnya tiba… sosok superhero itu akan kembali beraksi dengan tenaga dan semangat yang baru.

Melow, tema yang kini sedang kuusung dalam keseharianku. Diam, cuek dan sabar adalah gaya yang sedang kuterapkan dalam aktivitasku. Aku berharap jiwaku yang lelah dapat kembali disegarkan, dan aku pun dapat menjadi superhero tanpa kaos berlogo S.

It’s not easy to be me…

JN. Rony
20060802

Super-Duper-Man… up, up and away…

Posted By: Mamoru
Last Edit: 19 Jun 2011 @ 03:15 PM

EmailPermalinkComments (0)
Tags
Categories: Personal

 Last 50 Posts
 Back
Change Theme...
  • Users » 2
  • Posts/Pages » 139
  • Comments » 0
Change Theme...
  • VoidVoid « Default
  • LifeLife
  • EarthEarth
  • WindWind
  • WaterWater
  • FireFire
  • LightLight

About



    No Child Pages.