Tak terasa sudah 3,5 bulan kumendiami kota Denpasar ini. Selama itu pula aku banyak mendapatkan pengalaman baru. Malam ini aku kembali mencoba untuk merefleksikan diriku di tengah keheningan malam di balkon kamar kostku ditemani oleh seekor nyamuk beserta teman-temannya.
Bulan pertama aku memasuki Bali adalah bulan dimana kondisiku sangat tertekan. Saat itu aku sedang diliputi oleh banyak sekali masalah. Mungkin saat itu badanku sedang sangat capek, mengingat himpitan pekerjaan dan persiapan pindahan saat itu benar-benar mendesak. Bila kupikir kembali ke belakang, keputusanku untuk menerima posisi di Bali adalah sebuah keputusan yang tergesa-gesa dan kurang matang. Entah apa yang saat itu kupikirkan, yang jelas saat keputusan itu kuumumkan, begitu banyak yang kurang setuju atau kaget dengan keputusanku. Itu sebabnya saat itu emosiku sungguh tak terkontrol, hampir setiap hari kepalaku pusing karena marah. Begitulah kujalani hari-hariku dengan arah yang tak pasti. Apalagi saat itu aku bisa dikatakan seorang diri tanpa relasi ataupun teman.
Saat awal kutiba di kota yang baru ini, yang terpikir olehku adalah mencari gereja dimana aku bisa ikut misa. Setidaknya menurutku itu bisa sedikit menghibur aku yang tanpa kenalan. Akhirnya aku pun menemukan 1 gereja yang dekat dengan kost tempat kutinggal dan aku mulai mencoba misa di sana. Namun, yang terjadi adalah kebosanan yang teramat-sangat, suatu hal yang tidak pernah kurasakan dalam 5 tahun terakhir. Sampai akhirnya kuputuskan untuk misa di gereja yang lain saja.
Seiring dengan waktu, aku berusaha untuk selalu merefleksi diriku kembali. Lewat dukungan dari beberapa romo pembimbingku dan juga beberapa teman akrabku, aku selalu berusaha bertukar pendapat dan pengalaman baik via telepon maupun email. Selain itu aku berusaha untuk memahami budaya dan kebiasaan lingkungan di sekitarku ini. Dari sana aku melihat begitu banyak hal-hal yang unik dan menarik tentang kehidupan di Bali, yang sebelumnya tidak pernah terpikir oleh kita yang hanya pernah ke Bali untuk keperluan berlibur saja.
Memasuki bulan ketiga, aktivitasku mulai lancar, seiring dengan pindahnya kost dan kantorku ke tempat yang baru. Saat-saat inilah yang kupakai untuk berdamai dengan keadaan. Memang kadang-kadang aku masih menyimpan kemarahan, namun aku berusaha untuk mengolahnya dan menahan emosi semampuku. Dan Puji Tuhan… sebagian besar aku berhasil mengalahkan diriku dan tidak sampai emosi yang berlebihan. Bahkan aku pun mencoba untuk berdamai dengan cinta… berdamai dengan masa lalu… berdamai dengan diriku sendiri…
Dalam pekerjaan di kantor pun demikian, aku banyak mengalami kesulitan mengingat tidak adanya kenalan di kota ini. Saat awal kumulai tugasku di sini, bagaikan 1,5 tahun lalu saat aku pertama kali bekerja di perusahaan ini. Namun, aku selalu mencoba untuk optimis dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Dan memang, lewat banyak kejadian… campur tangan Tuhan banyak bekerja di dalam pekerjaanku hari demi hari. Walaupun saat ini target yang harus kucapai masihlah jauh, namun hasil yang kuperoleh cukup membuktikan bahwa kuasa Tuhan ikut bekerja.
Dalam pertemanan, awalnya aku cukup kesulitan menemukan teman di sini. Hal ini dikarenakan kost pertamaku lebih banyak dihuni oleh keluarga dan teman lama yang kutahu semuanya sudah tidak lagi berada di Bali. Namun, secara perlahan aku banyak dikejutkan oleh pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja dengan teman lama, baik teman SMA maupun teman kuliah. Ditambah lagi perkenalan dengan beberapa teman sesama perantauan dari tempat kost yang baru. Dari sanalah aku melihat bahwa Tuhan tetap setia menjagaku.
Aku teringat akan perjalananku ke kota Negara 2 minggu yang lalu, dimana aku benar-benar merasakan penjagaan Tuhan atasku. Selama perjalanan, aku menyetir mobilku dengan kondisi yang terus mengantuk, padahal sebelum berangkat aku sudah beristirahat cukup. Aku sungguh bersyukur bisa sampai dengan selamat. Saat pulang, aku mengalami kejadian yang cukup mengagetkan… karena rasa kantuk yang semakin menjadi, aku melanggar rambu dan dengan cepat aku tersadar dan segera kembali, namun saat itu ternyata aku sudah “ditunggu” oleh seorang polisi. Singkat cerita, urusan “kesalahan tak disengaja” ini diselesaikan dengan “uang damai”. Tak lama kemudian, aku kembali dikejutkan oleh sepeda motor yang menyalip dari sebelah kiri di jalan yang berbelok dan aku merasakan bahwa badan mobilku bersenggolan dengan kedua pengendara motor yang tak berhelm tersebut. Saat itu aku melihat bahwa motor itu mulai oleng, namun untunglah si pengemudi cukup cekatan sehingga mereka tidak sampai jatuh dan dengan rasa tak bersalah mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan gaya zig-zag mereka. Memang di Bali, banyak kecelakaan disebabkan oleh sepeda motor yang bisa dibilang “ugal-ugalan” di jalan. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bila sampai terjadi kecelakaan, mengingat sudah ada banyak kasus (di antaranya dialami oleh adik dari teman kostku) yang merupakan kesalahan dari pengendara motor, namun yang di-vonis adalah pemilik mobil. Bahkan ada kasus bis yang sampai dibakar di daerah tersebut.
Malam semakin larut… dan nyamuk pun semakin banyak… tapi aku masih tetap ingin bersyukur atas penjagaan Tuhan hingga saat ini. Masih begitu banyak kesulitan yang akan kuhadapi di depan mata, namun aku percaya dan mencoba untuk selalu berserah pada Tuhan. Aku juga mencoba untuk selalu mengambil hikmah dalam setiap peristiwa hidupku. Aku tahu bahwa masih banyak ketidakpuasanku saat ini, namun aku mencoba untuk mengolahnya dan menjadikannya sebagai suatu berkat. Aku percaya bahwa dalam setiap kesulitanku, Tuhan selalu menjagaku… terutama kedua santo pelindungku yang senantiasa menjagai aku. Dalam setiap doaku pula, aku selalu berdoa pada Santo Ignatius dari Loyola, sosok manusia yang penuh perjuangan dan tak kenal menyerah yang akhirnya mampu menyerahkan dirinya secara utuh pada penyelenggaraan Tuhan. Aku sungguh ingin belajar dari kegigihan Ignatio di kota ini… dan aku percaya bahwa di dalam kemarahanku sekalipun, di sana pun selalu ada berkat yang melimpah…
Selamat malam Indonesia!
JN. Rony
20041016
dari yang terbuang…
Beberapa hari yang lalu, aku kembali terbangun dengan mimpi buruk dan perasaan yang sungguh tak menentu. Bad feeling seperti ini jarang sekali kurasakan dan hanya timbul bila ada sesuatu hal yang akan terjadi di sekitarku. Yang paling kutakutkan adalah hal yang menyangkut urusan kematian seseorang. Sebagai orang yang percaya akan Tuhan, aku tidak pernah menganggap diriku sebagai orang yang punya karunia lebih, namun untuk beberapa kasus yang telah terjadi, apa yang aku rasakan secara khusus perlu aku perhatikan karena benar-benar terjadi.
Malam itu aku kembali tidur dengan sangat tidak nyaman… aku bermimpi akan wajah-wajah orang yang aku kenal, namun aku tidak bisa ingat secara pasti siapa saja mereka. Saat pagi hari, aku pun terbangun dengan kondisi tubuh sangat capek, padahal kerjaanku semalam hanya tidur. Seperti biasanya, aku berusaha mencari tahu siapakah gerangan yang kali ini aku rasakan, apa yang akan terjadi dan sebagainya… Sampai sore hari, tidak ada kejadian istimewa yang terjadi di sekelilingku dan aku cukup bersyukur dengan kondisi tersebut. Aku sangat berharap bahwa mimpi yang aku alami semalam hanyalah sekedar bunga tidur. Menjelang malam, seorang teman baikku mengabarkan bahwa dirinya akan menikah akhir tahun ini. Wow! Tentunya ini sebuah kejutan dan aku cukup senang bahwa feelingku bukanlah sesuatu yang buruk, melainkan merupakan happy ending.
Tengah malam menjelang tidur, aku dikejutkan oleh sms dari teman satu kost yang baru saja pulang kantor. Temanku ini mengabarkan bahwa dia kena cacar air. Waduh! Hal ini tentunya mengejutkan dan cukup menakutkan bagiku, mengingat aku belum pernah terkena cacar air dan resiko tertular sangat tinggi, mengingat kami tinggal dalam satu halaman rumah. Sejenak aku merenung dan mencoba mengingat-ingat kembali, ternyata temanku inilah yang aku impikan semalam! Aku ingat betul bahwa wajah-wajah yang kulihat semalam adalah wajah-wajah dari orang-orang yang dekat sekali denganku saat ini.
Tak lama berselang, kembali aku mendapatkan sms dari temanku di Surabaya yang mengabarkan bahwa dirinya saat ini berada di rumah sakit menunggui keponakannya yang sedang kritis. Si bayi lahir prematur dan baru berumur sehari dan tak lama berselang, aku mendapatkan kabar bahwa si bayi sudah meninggal karena kondisinya terlalu lemah.
Dai kejadian yang kualami dalam sehari aku menjadi berpikir, apakah semua itu ada kaitannya dengan mimpiku? Kuakui aku jarang sekali mimpi tentang orang yang aku kenal, bahkan mimpi pun jarang sekali. Tapi bila kuingat, saat aku mimpi tentang orang yang aku kenal atau perasaanku benar-benar terusik seharian (aku tipe orang yang punya feeling ekstrem), maka ada sesuatu yang akan terjadi. Namun, aku kembali berpikir bahwa semua yang terjadi adalah merupakan misteri Allah. Lalu apakah mungkin aku merasakan hal-hal yang akan terjadi? Aku bukan orang yang rajin dan taat dalam ibadah, aku juga bukan orang yang suci dalam perbuatan dan perkataan. Itulah yang sangat membuat aku merenung, terutama dalam saat-saat kesendirian di kota Denpasar ini.
Malam ini feelingku kembali terusik… Usaha untuk memejamkan mata tidak berhasil… Akhirnya kupergunakan waktuku untuk duduk di teras kamarku dan menikmati angin malam dan mendengarkan kesunyian kota ini… Sayup-sayup kudengar bunyi radio dari tetangga berpadu dengan bunyi mp3 yang mengalun lembut dari dalam kamarku. Malam ini aku sungguh berpikir dan berpikir… aku sungguh berharap, perasaanku dapat segera berlalu sejalan dengan waktu…
Salam dari kesunyian kota Denpasar…
JN. Rony
20040920
Malam ini adalah malam terakhirku menempati kamar kost yang sudah kutempati selama 2 bulan aku di Denpasar. Ya, akhirnya aku memutuskan untuk pindah kost ke tempat yang lebih murah dan kecil. Kost yang sekarang kutempati tidaklah terlalu mahal bila dilihat dari fasilitas yang kudapat: luasnya kamar, spring bed king size, parkir cukup luas, kamar di lantai 1, serta pemakaian listrik bebas. Memang, kost ini termasuk sangat langka untuk ukuran kost di Denpasar. Sedangkan kost yang baru nanti, tergolong mahal walaupun uang yang kubayar lebih sedikit dari yang sekarang, sebab luas kamarnya lebih kecil, tidak dapat ranjang, listrik bayar sendiri sesuai pemakaian, kamar di lantai 2, parkiran lebih kecil, serta sewa kostnya kena PPN-nya lagi! Namun, aku tetap memutuskan pindah karena beberapa faktor, yaitu: masalah lingkungan. Kost yang lama memang lingkungannya kurang mendukung, mulai dari tetangga kost yang sering membuat keributan, ada yang memelihara banyak anjing, sampai perilaku penghuni kost yang parkir seenaknya sendiri. Pernah suatu hari ada tetangga kost yang anaknya stress sampai menangis dan teriak-teriak sepanjang hari plus mebanting barang-barang. Secara moril aku kurang nyaman tinggal di kost ini.
Sudah 2 malam aku memindahkan sebagian barang-barangku ke kost baru. Memang, barangku cukup banyak yang harus dipindah, dan besok adalah hari terakhir aku memindahkan barang-barangku. Capek, itulah yang kurasakan 2 malam ini. Selain pindah kost, saat inipun aku sedang mempersiapkan pindah kantor. 1 September besok adalah hari yang sibuk, karena selain aku sudah harus menempati kantor baru, malamnya aku juga harus sudah menempati kamar kost baru. Well… ini bukan karena memilih hari atau apa… tapi hanya kebetulan dan aku ingin agar kepindahan ini segera selesai dan aku bisa beraktivitas normal seperti biasa.
2 bulan sungguh tak terasa, seakan baru kemarin aku memasuki kota Denpasar ini. Begitu banyak peristiwa yang sudah aku alami di sini. Dari semuanya itu, aku memang banyak merasakan kesedihan daripada kegembiraan. Hal ini disebabkan beberapa pertengkaranku dengan beberapa orang di kantor, yang dipicu oleh persoalan internal. Namun semuanya itu tetap aku jalani dengan keyakinan bahwa Tuhan punya rencana untukku selama di Denpasar. Seminggu terakhir ini aku telah mendapatkan teman baru di kost yang baru. Kami adalah sesama perantauan dari Jawa yang bekerja di Bali dan umur kami pun tak terpaut jauh, sehingga setidaknya aku mendapatkan sedikit hiburan dari teman-teman baru. Dalam kesempatan malam hari kami gunakan untuk kumpul dalam 1 kamar dan saling bercerita ataupun kami pergi makan malam bersama. Yah, setidaknya itulah hiburan bagiku saat ini. Lalu setiap minggu, komuni kudus pun senantiasa memberiku kekuatan untuk tetap bertahan, walaupun berat badanku turun sampai 5 kilo. Namun, aku berharap dengan kepindahanku ke kost yang baru mampu memberikanku semangat baru untuk berjuang dalam menapaki hari esok.
Inilah penerapan tulisan Berpasrah yang pernah kutulis beberapa waktu lalu… Sungguh, aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Yang bisa kulakukan hanyalah menjalani apa yang ada di depanku… dan menyerahkan sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Aku percaya selalu ada makna dalam setiap peristiwa dan aku sadar bahwa perjalananku masih panjang… Aku jadi teringat akan kalimat dari sebuah lagu rohani favoritku beberapa tahun yang lalu, “Hidup bukan karena hari, hidup hanya karena arti…”
Dalam kasihNya di keheningan malam bulan purnama…
JN. Rony
20040831