Natal. Seharusnya kulalui dengan hati bersyukur atas kelahiran Yesus Kristus. Maklum, setidaknya itulah tugasku sebagai orang Katolik. Di tahun-tahun sebelumnya… Natal selalu kulalui dengan penuh keceriaan dan mungkin lebih terkesan “hura-hura” ketimbang menghayati “hadirnya” Kristus di dunia ini. Natal, terjadinya di bulan yang begitu istimewa, yakni Desember, yang mempunyai banyak makna bagiku… yaitu di samping bulan kelahiranku, juga pesta semua santo pelindungku juga ada di bulan ini dan sudah sewajarnya jika memang aku harus merayakan dengan merenungkan dan memperbaiki diriku agar bisa meniru teladan santo-santo pelindungku itu.
Memang dalam Natal tahun ini aku berusaha untuk “bersenang-senang”, akan tetapi… apa yang kudapat? Aku hanyalah semakin jengkel, karena seakan-akan dunia sudah tidak peduli lagi dengan Natal itu sendiri dan kulalui saja tanpa bisa berbuat apa-apa… hingga tibalah saat Natal itu… aku berusaha hanya memberikan yang terbaik buat Tuhanku di hari ulang tahunnya, yang hampir ke-dua abad-nya lagi! Setelah itu, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, yang kulakukan setelah Misa Malam Natal adalah mencoba BERSENANG-SENANG! Seakan-akan kegiatan ini sudah terukir dalam pikiranku dalam rangka merayakan Natal yang menurutku adalah saat bahagia dan Paskah adalah saat sedih (walaupun pernah juga setelah Misa Malam Paskah aku bersenang-senang). Akan tetapi apa yang kudapat? Hanyalah kekecewaan dan kejengkelan. Itulah yang kualami di hari Natal 1999. Hanya karena “perbedaan” prinsip, aku menjadi begitu marah dan marah! Tanpa sadar kulalui Ultah Yesusku dengan amarah yang meluap-luap. Itu saja? TIDAK!
Selain Natal, kita juga telah memasuki Tahun Yubileum Agung 2000, dan ternyata kulalui hari-hari terakhir di tahun 1999 dengan amarah-amarahku itu. Hingga tanpa sadar pula kulalui pesta Santo Pelindungku dengan marah berat! Aku begitu dendamnya pada seseorang, hanya karena suatu “masalah” yang sebenarnya sepele. Hingga akhirnya kumasuki tahun 2000 ini dengan perasaan yang begitu hampa dan tak berarti. Hatiku telah kosong dan hambar. Segala minatku untuk melayani dan mengikuti Tuhan hampir tidak ada lagi. Itulah kesuksesan buat setan! Dia memang telah menang atasku saat itu. Aku bahkan sudah tidak berdoa pada Tuhan di hari-hariku saat itu.
Hingga tibalah sebuah “peringatan” dari Tuhan yang bagaikan tamparan atas segala kesomboganku selama ini. Baru saja Tahun Baru berlalu, ternyata aku harus kehilangan sebuah “teman” yang setia mendampingi kemanapun aku pergi dan sudah laksana “kaki” bagiku. Aku begitu lemas saat itu dan hanya bisa berkata, “Ya Tuhanku… ampunilah aku.” Mulai saat itu, badai persoalan pun timbul akibat kejadian tersebut. Imanku betul-betul diuji dan dipertanyakan oleh orang-orang di sekelilingku, termasuk di rumahku sendiri! Karena peristiwa itu, aku hanya bisa berpasrah dan melalui bimbingan seorang romo, aku pun mulai bisa tersadar kembali untuk lebih mendekatkan diriku lagi pada Tuhan. Dalam perenunganku hingga saat ini, ternyata aku mendapati begitu banyak “borok” dalam hidupku selama ini yang tidak kusadari… aku telah memberikan makna yang keliru tentang Natal. Natal, ternyata mempunyai dua segi, yaitu bahagia dan sedih. Bahagia, karena Tuhan kita telah lahir dengan selamat di dunia dan mau melawat kita umat-Nya. Sedih, karena betapa “kotor”nya aku hingga Allah Bapa memutuskan perlu untuk mengutus Putra Terkasih-Nya sendiri untuk datang ke dunia dan menebus segala kekotoranku ini. Saat ini aku telah tersadar bahwa segala yang kulakukan adalah salah dan semua “perenungan” yang kulakukan selama ini atas semua problemku adalah bentuk dari “pelarian” dan itulah yang akhirnya membuat aku jatuh dalam “pelukan” iblis.
Pada Misa Hari Raya Pembaptisan Tuhan kemarin, aku merasa ditampar lagi dengan sebuah ayat dari bacaan pertama, yaitu dari Yesaya 55:8, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” Oh, Tuhan… betapa sombongnya aku selama ini yang selalu mengira bahwa dengan mengikuti Engkau, maka semua yang kulakukan dan kulalui adalah rancangan-Mu dan jalan-Mu. Itulah, tamparan demi tamparan “peringatan” dari Tuhan yang kudapatkan dan telah menyadarkan aku dari “perenungan”ku. Melalui bimbingan romo, aku diminta untuk berpasrah pada Tuhan dengan cara menerima dan menghadapi kenyataan ini. Aku percaya bahwa dengan bantuan Tuhan yang senantiasa menjagai aku dalam setiap langkahku dan selalu berusaha mengingatkan aku bila aku menjauh daripada-Nya dengan cara-Nya yang ajaib. Aku percaya dalam setiap kejadian yang kualami merupakan “batu loncatan” untuk menggapai rencana Tuhan yang indah pada waktunya (Pkh 3:11). Maka dari itu, dalam setiap doaku, aku hanya bisa berkata, “Tuhan, inilah diriku dengan segala kelemahanku, pakailah diriku, Tuhan, sesuai dengan rencana-Mu,” dengan begitu aku dapat menang atas iblis dalam nama Tuhanku, Yesus Kristus!
Amin!
Kamar tidur, 11/01/00, 00:59 WIB
JN. Rony
bejana yang rapuh
Gereja Hati Kudus Yesus
24 Desember 1999, pukul 24.00 WIB
Ada 2 kegiatan Gereja begitu disoroti oleh umat Katolik, yaitu Paskah dan Natal. Pada saat-saat itulah umat Katolik memperingati lahir dan wafat serta bangkitnya Sang Juru Selamat Dunia, Yesus Kristus. Natal tahun 1999 ini merupakan Natal yang istimewa dari rangkaian persiapan Tahun Yubileum Agung yang dimulai dari Tahun Yesus Kristus, Roh Kudus, dan Tahun Allah Bapa. Pada tahun inilah, kita diajak untuk merenungkan Misteri Allah Tritunggal Yang Maha Kudus.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Koor Petrus Paulus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari PD Petrus Paulus selama ini, kembali mendapat kepercayaan dari romo untuk membawakan lagu pujian dalam misa malam Natal jam 12 malam di Gereja Hati Kudus Yesus. Tentunya ini merupakan suatu kehormatan yang begitu bernilai dalam pelayanan Petrus Paulus di dunia ini. Oleh karena itu, koor PP mempersiapkan dengan semaksimal mungkin semua lagu-lagu yang akan dibawakan saat misa. Dengan tekat ingin memberikan yang terbaik dan menjalin persahabatan dengan koor lain, maka koor PP pun mengundang beberapa anggota dari koor lain untuk turut bergabung bersama menyanyikan lagu Natal bagi Tuhan. Rintangan demi rintangan dihadapi dengan segala bentuk persoalan sehingga sempat membuat latihan tertunda-tunda. Akan tetapi, dengan semangat pantang menyerah, koor PP berusaha semaksimal mungkin dengan bantuan dari koor Aloysia dalam mempersiapkan hari Natal yang semakin dekat.
Akhirnya, tibalah saat-saat yang ditunggu-tunggu, yaitu misa Malam Natal. Sebelum misa, semua anggota koor yang akan tampil berkumpul di rumah Jane untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan dengan makan bersama. Setelah acara makan bersama, kami pun berangkat ke Gereja lebih awal untuk berlatih yang terakhir kalinya, dan kami menggunakan tempat di SMUK St. Louis. Berhubung kami datang lebih awal, maka otomatis kami tidak mendapat parkir sama sekali, karena masih dipakai oleh umat jam sebelumnya, dan kami pun harus rela parkir di Wisma Pastoran yang notabene harus jalan cukup jauh untuk bisa menuju St. Louis. Setelah berkumpul, kami mengulang lagu-lagu yang akan dibawakan dalam misa.
Teng! Teng! Teng! Teng! Lonceng Gereja telah berbunyi, menandakan pukul 12 malam dan misa juga telah dimulai… segenap tenaga kami salurkan untuk bernyanyi dan bernyanyi dengan penuh syukur. Dalam misa malam Natal yang dihadiri oleh begitu banyak umat yang membuat Katedral menjadi penuh sesak dengan manusia, sehingga ada yang harus rela berdiri sepanjang misa. Dalam misa ini, dibacakan surat Gembala Uskup Surabaya yang mengajak umat untuk bertobat dalam memasuki Tahun Yubileum Agung. Tak terasa satu setengah jam pun berlalu dan misa akhirnya selesai. Apa yang kami dapat ? Lelah ! Itu pasti. Apa lagi ? Suka cita ! Ya, semua anggota koor bersuka cita dapat tampil dengan kemampuan terbaik, walaupun masih ada kekurangan-kekurangan disana-sini.
Setelah beramah-tamah dengan saling mengucapkan “Selamat Hari Natal”, maka koor PP dan team PD berangkat bersama untuk makan bersama dan setelah itu berpisah menuju tujuan masing-masing. Ada satu hikmat yang boleh diambil di malam itu, yaitu suasana kekeluargaan yang begitu terasa di malam Natal, walaupun suasana Natal tahun ini boleh dikata “kurang meriah” dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Yang jelas, kita semua mesti berbangga mempunyai Allah yang begitu baik yang mau memberikan anakNya lahir di dunia ini sebagai manusia. Tak lupa pula, kami mengajak Anda sekalian untuk bergabung bersama kami di koor PP agar kita dapat bersama-sama memuji Tuhan. Syaratnya ? Mudah saja ! NIAT, itu saja. Bagi yang berminat silahkan langsung datang ke jalan Raya Gubeng 25 Surabaya tiap hari Senin jam 7.30 malam. Kami tunggu partisipasi Anda !
Tuhan Memberkati !
JN. Rony
19991225
Go Skate, 9-10 Desember 1999
Sore itu, hujan mengguyur deras kota Surabaya tercinta ini… akan tetapi dengan kerinduan yang begitu membara, banyak sekali orang baik tua maupun muda yang memenuhi gedung GO SKATE sore itu. Untuk apa mereka berkumpul? Hanya untuk satu tujuan, yaitu mengikuti Kebangunan Rohani Katolik (KRK) dan Misa Penyembuhan bersama Romo Yohanes Indrakusuma, O. Carm., sang “bapak” Karismatik kita. Kerinduan yang dialami oleh warga Katolik Surabaya begitu besar, dikarenakan telah lama sekali acara seperti ini tidak diadakan di Surabaya. Oleh karena itu, dalam waktu sekejab saja, gedung GO SKATE telah dipenuhi oleh orang-orang sehingga untuk parkir pun orang-orang itu rela parkir di pinggir jalan, maupun di Hotel Sheraton yang notabene harus berjalan cukup jauh untuk sampai ke gedung di sebelah hotel tersebut. Satu catatan yang menarik, yaitu banyak juga umat yang berasal dari luar kota Surabaya.
Ada apa saja disana? Untuk hari pertama, yaitu KRK, acara dimulai dengan puji-pujian seperti layaknya acara di sebuah Persekutuan Doa (PD). Puji-pujian ini dinyanyikan oleh serangkaian penyanyi dan umat dengan begitu meriah dengan tujuan satu, yaitu memuji Tuhan! Setelah itu acara dilanjutkan dengan penyembahan yang mungkin terasa “aneh” buat sebagian yang hadir yang belum begitu mengenal karismatik. Lalu diadakan pula sebuah drama yang begitu menarik dengan permainan lampu dan disertai pemain latar dan penari yang telah tampil hasil dari persiapan terbaik mereka. Setelah selesai, dilanjutkan dengan beberapa lagu dan disambung dengan firman oleh Romo Yohanes Indrakusuma, O. Carm yang berpesan agar kita semakin sering mengaku dosa dan mulai hidup dalam roh kudus, sehingga kita dapat mengatasi segala kelemahan kita. Setelah firman, acara diakhiri dengan beberapa lagu dan ajakan untuk hadir pada hari esok dalam Misa Penyembuhan.
Pada keesokan harinya, ternyata cuaca masih tidak mau berkompromi dengan diguyurnya kota Surabaya mulai siang hingga malam hari. Tetapi ternyata hujan ini tetap tidak menghalangi niat umat Surabaya ini untuk hadir dalam Misa Penyembuhan. Hal ini terbukti dengan berjubelnya umat yang hadir di gedung GO SKATE dan lebih penuh dari hari pertama! Puji Tuhan! Ternyata masih banyak umat Katolik yang percaya bahwa Tuhan akan bekerja untuk menyembuhkan banyak orang. Dalam Misa Penyembuhan ini hadir pula para suster dari pertapaan Karmel untuk turut membantu. Seperti biasa, acara dimulai dengan beberapa lagu pujian dan dilanjutkan dengan misa yang dibawakan oleh para romo dan datang dengan suasana yang “megah”. Setelah misa, acara dilanjutkan dengan mengadakan doa penyembuhan bagi umat yang sakit dan puji Tuhan! Banyak sekali terjadi penyembuhan-penyembuhan bagi “si sakit”. Acara ini berjalan cukup lama dan mungkin juga meleahkan bagi semua yang bertugas. Setelah selesai, masih ada beberapa umat yang minta didoakan secara pribadi untuk kesembuhannya dan acara pun ditutup dengan lagu-lagu pujian karena hari telah malam.
Dalam setiap acara tentunya selalu ada makna yang dapat diambil di dalamnya… suka cita selalu pula diikuti dengan duka cita… itu pula yang terjadi pada acara kali ini… sangat disayangkan bahwa masih banyak terjadi kekurangan-kekurangan dalam acara kali ini, seperti umat yang ber-“firman” sendiri saat homili, umat yang pulang dulu sebelum acara berakhir, persiapan panitia yang kurang, suasana yang kurang khidmat akibat dari beberapa hal, dan masih banyak lagi yang dirasakan sebagai pelengkap kegembiraan atas selesainya acara yang begitu dinantikan sebagai penutup akhir tahun. Hanya saja ada satu hal yang pasti, yaitu Allah Bapa dengan kerahimanNya selalu hadir di setiap kesempatan baik itu suka ataupun duka, dan itu telah ditunjukkanNya dengan banyaknya kesembuhan-kesembuhan yang terjadi. Semoga dengan pengalaman ini, iman kita semua dapat semakin berkembang.
Tuhan memberkati!
JN. Rony
19991210